“Saya menyarankan orangtua harus siap menerima kondisi saat ini dimana anak-anak kita merupakan generasi gadget,” ujarnya.
DARA – Istri Bupati Bandung, Emma Dety Permanawati menyebut selama masa pandemi covid-19 ini, tingkat stress pada orangtua terutama para ibu cenderung lebih dominan dibanding anak-anak. Pasalnya, peran mereka (orangtua) menjadi lebih kompleks yaitu mengurus rumah tangga sekaligus menjadi pengajar bagi anak-anaknya yang bersekolah secara online.
Emma menyadari betul, saat ini dituntut untuk lebih memahami tentang materi-materi pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak-anak mereka. Secara otomatis para orangtua berperan menjadi guru kedua setelah guru-guru di sekolah. Padahal menurutnya, mayoritas orangtua belum siap menjalankan itu semua.
“Saya menyarankan orangtua harus siap menerima kondisi saat ini dimana anak-anak kita merupakan generasi gadget,” ujarnya di Rumah Jabatan Bupati Bandung, Kamis (29/7/2021).
Emma berharap agar pihak sekolah dari tingkat PAUD hingga SMA agar bisa lebih berkolaborasi dengan orangtua agar sekolah online ini tidak menjadi beban anak saja. Ia tidak memungkiri memang seharusnya pada saat belajar, anak-anak menjadi tanggung jawab pihak sekolah, namun dengan kondisi seperti saat ini dimana anak-anak harus belajar dirumah, maka mau tidak mau orangtua pun harus mengambil peran ganda.
“Kedepan pihak sekolah seharusmya memberikan materi pelajaran bukan hanya pada anak, tetapi juga kepada orangtua agar mereka memahami bagaimana cara mendampingi anak dan memberikan pemahaman materi kepada anak,” paparnya.
Hal tersebut dirasa perlu, pasalnya saat ini Emma seringkali mendapat keluhan banyaknya terjadi kekerasan ringan di rumah tangga pada saat orangtua stress menghadapi anak yang malas dalam belajar.
“Banyak ya anak yang curhat, nggak mau belajar soalnya dicubitin sama si mamah. Nah, saya minta orangtua sudah lebih bisa menerima keadaan ini, kan kita menjalani ini udah hampir setahun setengah, ya,” ungkapnya.
Peran Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah juga menjadi sangat penting, lanjut Emma, nantinya Guru BK itu bukan hanya menangani anak-anak bermasalah saja, mereka harus memberi konseling dan motivasi juga kepada semua anak.
“Setiap anak harus difasilitasi agar tidak terjadi kekerasan yang berlanjut,” katanya.
Tipe setiap anak berbeda-beda, ada yang memang rajin dan cerdas ada pula yang telat memahami pelajaran. Disitulah yang harus dipahami, sehingga ia akan mendorong program untuk memotivasi orangtua agar bisa mendampingi anak-anak mereka tanpa ada kekerasan.
“Insyaallah kita juga akan programkan, tapi istilahnya nanti memotivasi supaya orang tua siap dengan keadaan seperti ini,” pungkasnya.
Editor : Maji