Tugu Strawberry menancab di Warunglobak. Sebagai Ikon Kabupaten Bandung. Kini Tak cocok lagi, ganti saja dengan tugu kalua
DARA | BANDUNG – Banyak orang bertanya, kenapa di bunderan Warunglobak, Katapang Kabupaten Bandung, ada tugu strawberry? Katanya, itu ikon Kabupaten Bandung sebagai tanda daerah penghasil strawberry. Betulkah?
Tugu Strawberry setinggi 5 meter itu menghabiskan biaya hanya Rp70 juta, bersumber katanya dari APBD tahun 2012. Diresmikan oleh Obar Sobarna tatkala masih jadi bupati.
Alasannya saat itu, Ciwidey penghasil Strawberry dan kebetulan Warunglobak adalah jalan menuju arah Ciwidey. Tapi, kini sudah tidak lagi, sehingga ikon tugu strawberry tampaknya sudah tidak tepat lagi. “Bagusnya ganti saja dengan tugu kalua, makanan manis olahan asli Ciwidey,” ujar sejumlah tokoh.
Pasalnya, kalua justru sudah menjadi ikon Kabupaten Bandung sejak dulu. Namun, entah kenapa tidak dikembangkan. Padahal, selalu menjadi oleh-oleh wisata.
Parman, mantan petani strawberry di Ciwidey yang beralih profesi menjadi supir angkutan umum, mengatakan, daerahnya bukan lagi penghasil strawberry yang dulu menjadi kebanggaan Kabupaten Bandung.
Dia memilih jadi supir angkot, dikarenakan untuk kondisi sekarang ini tidak memungkinkan untuk melakukan penanaman buah itu. Selain harga pupuknya mahal, juga untuk pemasarannya pun terkadang berat di biaya pengiriman.
“Kami terpaksa menjual lahan dan dibelikan angkot untuk menghidupi kebutuhan keluarga sehari-hari,” ujarnya.
Kalaupun ada petani yang bertahan menanam buah strawberry, lanjutnya, pemasarannya pun dilakukan secara asongan kepada pengunjung di lokasi wisata.
Parman menambahkan, banyak teman-teman yang dulu bertanam buah strawberry beralih profesi. Ada yang jadi bertanam sayur buka kios dilokasi wisata.
“Kami tak lagi mengandalkan buah strawberry, karena setiap panen harus merugi. Daripada terus begitu, kami memilih pekerjaan lain untuk menghidupi keluarga,” ujarnya.
Salah seorang pedagang asongan strawberry, Aminah (47), mengaku, pendapatan dari dagangannya itu maksimal Rp 100 ribu. Kalau sepi pengunjung ke tempat wisata, paling mendapat keuntungan hanya Rp50 ribu.***
Wartawan: Fattah Editor: denkur