DARA | BOGOR- Dunia jurnalisme Indonesia saat ini menghadapi masalah serius yakni persoalan kompetensi. Di era industri 4.0 ada kemungkinan peran editing naskah dilakukan oleh robot.
Ketua PWI Jawa Barat Hilman Hidayat mengatakan itu pada pembukaan Uji Kompetensi Wartawan Angkatan 25 di Kota Bogor Kamis (19/11/2018). Mendiskusikan jurnalisme lanjut Hilman ibarat berjalan di lorong yang berujung buntu.
Di satu sisi, tuntutan untuk bekerja profesional terus mendesak, namun di sisi yang lain di lapangan masih banyak wartawan yang mengaku sudah bekerja sebagai wartawan puluhan tahun tetapi masih belum mampu menyusun berita. Maka itu, PWI Jabar sangat mendukung Dewan Pers untuk terus menerus menegakan standarisasi wartawan dan perusahaan persnya.
Menurut Hilman, entri point seorang wartawan adalah mencari dan menyusun berita. Namun, dewasa ini terjadi perubahan flatform. Bertitik tolak dari perubahan flat form itu, wartawan dituntut untuk lebih mengedepankan kepentingan publik karena tanggungjawab wartawan sejatinya bertanggungjawab kepada publik disamping kepada perusahaan tempatnya bekerja.
Harap diingat kata Hilman, wartawan profesional itu tak ada ruang untuk salah dalam menulis. Dia bercerita, seorang wartawan profesional diantaranya jangan sampai salah menulis nama sumber berita. “Kata tokoh pers Indonesia Yakob Oetama yang kebetulan saya pernah mendapat pelajaran darinya, mengatakan wartawan profesional itu jangan salah menulis nama sumber. Jika ini terjadi bisa fatal akibatnya,” papar Hilman.
Hilman menyebutkan, wartawan dituntut memiliki kesempurnaan penglihatan, pendengaran dan penalaran agar tidak salah dalam menulis berita. Hilman wanti wanti agar wartawan jangan sampai mengambil berita dari sumber yang tidak jelas. Apalagi lanjutnya mengambil sumber berita dari media sosial yang belum tentu kebenaranya. “Jangan jangan yang kita kutip itu informasi hoax,” katanya.***
Reporter : Aldinar
Editor. : Agus Dinar