Sedikitnya 625 hektar lahan pertanian di tiga kecamatan di Garut selatan terancam gagal panen setelah diterjang banjir bandang yang terjadi Senin (12/10/2020) lalu. Padahal tanaman padi di ketiga kecamatan itu sudah siap panen.
DARA | GARUT – Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Garut, Beni Yoga, mengatakan, ratusan hektar lahan pertanian tersebut tersebar di Kecamatan Pameungpeuk, Cikelet, dan Cibalong. Diperkirakan, kerugian akibat terjangan banjir tersebut mencapai hingga miliaran rupiah.
“Sudah tertanam, ada yang siap panen. Ada yang 70 hari sampai 90 hari. Itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi,” ujarnya, Kamis (15/10/2020).
Menurut Beni, selain tanaman padi, banjir bandang juga merusak jaringan teknis pertanian. Kerusakan paling besar berada di Kecamatan Pameungpeu dan Cibalong.
“Kalau misalkan sekarang potensi produksi di sini 5 ton per hektare, hampir 3 ribu ton yang gagal panennya,” ucapnya.
Beni mencontohkan, jika 1 ton ongkos produksinya sebesar Rp 80 ribu, berarti kerugian akibat banjir bandang mencapai hingga sebesar Rp 1,8 miliar. Pihaknya pun mengaku akan menggelontorkan dana untuk membantu para petani.
Ya, kami sudah ajukan untuk bantuan benih. Sekarang perbaikan titik irigasi. Lalu ada padat karya untuk perbaikan sawah,” katanya
Beni menyebutkan, terkait rehabilitasi lahan pertanian, saat ini belum diakumulasi karena ada di beberapa titik. Pihaknya akan melaporkan data tersebut ke BPBD dan nantinya kelompok tani yang akan mengerjakan.
“Sudah dilaporkan, dan sekarang data masih berjalan. Capaian produksi beras tidak besar. Untuk pemenuhan, akan dipasok dari wilayah utara dan tengah (Garut),” ucapnya.
Meski ada kerusakan lahan pertanian akibat bencana banjir bandang tersebut, namun Beni menjamin jika kebutuhan pangan warga aman dan tidak terganggu.***
Editor: denkur