Saat diundang sebagai pembicara di podcast youtubr milik Deddy Corbuzier, Dr. Tirta mengatakan bahwa banyak sekali hoax yang beredar terkait vaksin.
DARA|BANDUNG – Beredarnya informasi dari group what apps dan group facebook bahwa Vaksin dapat membesarkan kelamin pria. Dokter yang juga sebagai relawan satgas Covid-19 Dr. Tirta langsung membantah informasi tersebut dalam channel youtube milik Deddy Corbuzier.
Saat diundang sebagai pembicara di podcast youtubr milik Deddy Corbuzier, Dr. Tirta mengatakan bahwa banyak sekali hoax yang beredar terkait vaksin. Salah satu hoax yang baru-baru ini mencuat adalah membesarnya kelamin pria ketika telah disuntik vaksin.
“Itu hoax, Pfizer itu memang ada obat viagra. Bukan berarti vaksin Pfizer itu membesarkan alat kelamin pria. Jadi itu hoax bro,” ujar Dr. Tirta kepada Deddy pada Selasa (26/1/2021).
Ia menambahkan, adanya isu setelah divaksin dimasukan chip kedalam tubuh, juga merupakan hoax dan kesalahan informasi yang diterima oleh masyarakat. Chip atau barcode yang dimaksud adalah kartu yang diberikan kepada orang yang telah divaksin.
“Ini kalau udah vaksin dapat kartu. Kartu ini yang dimaksud pak Erick Tohir ada barcodenya. Jadi kalau lu udah vaksin, lu bisa scan kemana-mana,” ucap Dr. Tirta sambil menunjukan kartu barcodenya.
“Jadi kalau habis vaksin tu, lu dapat sertifikat, namanya sertifikat vaksin. Itu ada barcodenya, dimana entar kalau lu di scan, lu akan kedata bahwa lu sudah pernah di vaksin. Jadi bukan setelah di vaksin ada microchipnya itu kagak ada dan itu absurd,” jelasnya tegas.
Saat disinggung harga vaksin, Ia mengatakan bahwa vaksin akan gratis. Akan tetapi penggratisan vaksin di beri waktu yaitu 15-24 bulan saja dan hanya 70% warga Indonesia yang akan tercover vaksin dengan dua kali dosis. Artinya selama kurang lebih dua tahun pemerintah akan menanggung biaya vaksin.
Dr. Tirta meminta kepada pemerintah, agar vaksin di gratiskan sesuai dengan urutan keperluan dan urgensi siapa saja yang harus di vaksin, serta jangan di jual terlebih dahulu kepada para pengusaha yang mampu membli vaksin untuk karyawannya.
“Vaksin ini dosisnya terbatas, kalau ada yang punya uang beli duluan maka ada orang lain yang di korbankan karena vaksinnya terbatas,” ungkapnya.
Ia mengatakan, bahwa yang berhak divaksin terlebih dahulu adalah orang-orang yang berada di daerah red zone. Dr. Tirta menyebut bahwa guru harus menjadi prioritas utama setelah nakes yang harus disuntik vaksin.
“Pertama itu nakes, kedua kepala daerah atau pejabat atau orang lapangan dan lansia, ketiga itu guru dulu, setelah guru barulah dicari warga yang emang berada di red zone. Itu yang harus divaksin duluan,” pungkasnya.
Editor : Maji