“Salah satu toko dibuka pagi hari, tetapi bentrokan pecah ketika banyak orang berkumpul,” kata seorang petugas polisi.
DARA | INDIA – Setelah pemerintah mulai melonggarkan aturan Lockdown pada masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Ratusan warga di India mengantre di toko minuman keras untuk membeli alkohol, Senin (4/5/2020).
Dilansir cnnindonesia.com, mereka berdesakan meski petugas telah membuat tanda yang mengatur jarak antara warga saat mengantre. Aturan jaga jarak gagal diterapkan karena warga telah berkumpul di toko minuman keras sejak dini hari.
“Kami telah mengurung diri selama lebih dari sebulan. Alkohol akan memberi kita energi untuk menjaga jarak sosial selama pandemi,” kata Asit Banerjee (55) kepada AFP saat mengantre di Kolkata.
Polisi terpaksa memukul mundur orang-orang yang berdesakan tersebut dengan tongkat guna mencegah penularan Covid-19.
Di sejumlah lokasi seperti Ghaziabad, di negara bagian Uttar Pradesh, polisi langsung menutup toko-toko setelah terjadi antrean panjang.
“Salah satu toko dibuka pagi hari, tetapi bentrokan pecah ketika banyak orang berkumpul,” kata seorang petugas polisi.
Seorang berusia 25 tahun bernama Sagar, mengatakan sengaja pergi ke sebuah toko minuman keras di Delhi pada pukul 07.30 waktu setempat. Dia mengaku senang mengetahui toko dibuka lebih awal.
“Ada sekitar 20 hingga 25 orang di pagi hari dan toko itu buka sekitar dua jam. Orang-orang di barisan lima diizinkan masuk. Sekarang mereka sudah menutupnya,” ungkapnya.
Meskipun ilegal di beberapa negara seperti Gujarat, Perdana Menteri Narendra Modi, menyebut konsumsi alkohol meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir karena kelas menengah negara itu telah tumbuh.
Pemerintah India memutuskan melonggarkan penguncian wilayah atau lockdown setelah 40 hari kebijakan itu berlangsung. Beberapa pemimpin negara memang mendorong agar toko minuman keras dibuka kembali lebih awal, dengan alasan uang dari penjualan alkohol adalah sumber utama pendapatan pajak.
Media lokal melaporkan, pemerintah Delhi menyatakan akan memberikan harga khusus spesial corona sebesar 70 persen untuk meningkatkan pendapatan.
Pemerintah menganggap penutupan ketat hampir semua kegiatan sejak akhir Maret berhasil menekan penyebaran virus corona.
Hingga Selasa (5/5/2020) pagi, negara dengan populasi 1,3 miliar orang itu mencacatkan 46.437 kasus virus corona, 1.566 kematian dan 12.847 dinyatakan sembuh.
Meski demikian, penguncian total itu juga berdampak pada pekerja di sektor informal India. Jutaan pekerja diperkirakan kehilangan pekerjaan, dan memberikan pukulan telak bagi ekonomi terbesar ketiga di Asia itu.
Setelah memberikan relaksasi untuk industri dan pertanian, pada Senin sejumlah kantor di India diizinkan beroperasi dengan kapasitas sepertiga karyawan. Toko-toko tertentu diizinkan untuk dibuka, dan beberapa mobil dan sepeda motor diperbolehkan melintas.***