Pesantren diharapkan dapat menggelar pendidikan hingga puluhan tahun. Untuk itu pesantren harus bisa memenuhi kebutuhan logistik secara mandiri dengan mengembangkan kewirausahaan.
DARA | TASIKMALAYA – Pondok pesantren (ponpes) harus memiliki kekuatan atau modal. Untuk itu, santri dan pengurus pesantren harus mengubah pola pikir.
“Di samping belajar fikih, akidah, dan lainnya, juga menguasai muamalah,” kata Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, saat membuka pelatihan dan magang program One Pesantren One Product (OPOP) gelombang II, yang diikuti 148 orang dari 75 pondok pesantren, di Ponpes Al Idrisiyyah, kemarin.
Uu berharap pesantren yang ada di Jawa Barat dapat menggelar kegiatan pendidikan sampai puluhan tahun. Hal itu dapat diwujudkan jika pesantren di daerah ini bisa memenuhi kebutuhan logistik dan lainnya secara mandiri dengan mengembangkan kewirausahaan.
“Kenapa pesantren di Jawa Timur bisa bertahan hingga ratusan tahun, karena mereka punya restoran, supermarket, penginapan, dan jenis usaha lainnya,” ucap dia, seraya menambahkan, minimal dalam lima tahun 5.000 pesantren sudah memiliki produk khas yang dapat dijual kepada masyarakat.
Pada tahun 2019 atau tahap pertama ini sebanyak 1.074 pesantren telah mendaftar melaui online dan lolos tahap seleksi. Mereka mewakili kecamatan di 27 kabulapaten/ kota, yang terbagi kedalam dua kategori yaitu start up dan skill up.
Selanjutnya, mereka mengikuti pelatihan dan magang di ponpes yang sudah ditunjuk Pemdaprov Jabar. Pelaksanaan pelatihan dan magang dibagi dalam tiga gelombang yang berlangsung pada 24 September 2019 sampai 22 Oktober 2019.
Untuk kategori start up, peserta akan mendapatkan materi soal mindset kewirausahaan, pemetaan potensi diri, business plan dan marketing, pemetaan/strategi pasar, business plan operation, tips dan sharing bisnis di lingkungan pesantren, serta praktik marketing online.
Sedangkan, materi yang disampaikan kepada peserta untuk kategori skill up meliputi pengembangan bisnis, manajemen strategis, analisa SWOT, strategi bisnis, program pemasaran, operasional perusahaan, program keuangan, legal, dan sharing bisnis. “Narasumbernya pun tak main-main kita hadirkan para praktisi, konsultan, akademisi, dan instruktur pesantren,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan