Dara| Bandung -Pembangunan kolam retensi Cieunteung, seluas 8,7 hektare di Kampung Cieunteung, Kelurahan/Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung dinilai Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) Jawa Baraf, belum bisa mengatasi masalah banjir di kawasan Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang.
“Apalagi baru beberapa kali turun hujan, di kawasan daerah aliran Sungai Citarum, kolam retensi Cieunteung sudah banyak terisi air, bagaimana kalau hujan terus menerus,” ujarnya.
Pemerintah, lanjut Dadan, tetap harus melaksanakan rehabilitasi lahan kritis di hulu dan daerah tangkapan air. Bahkan, dalam jangka waktu menengah harus perbanyak embung-embung air yang baru. Tapi dalam pelaksanaanya, kata Dadan, tidak menggusur pemukiman.
Untuk memperbanyak pembangunan embung-embung, kata Dadan, bisa dilaksanakan pemerintah di kawasan pesawahan. Selain kawasan lahan sawah itu berfungai untuk daerah resapan air, seperti di kawasan Baleendah, Bojongsoang dan daerah lainnya.
“Pembangunan embung-embung itu masuk program jangka menengah atau setiap lima tahunan,” katanya.
Ia juga menilai, pembangunan folder Cieunteung sedalam antara 20-30 meter tersebut, hanya bisa mengurangi tinggi genangan muka air. Dadan pun berharap dalam pembangunan kolam retensi Cieunteung yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI melalui Balai Besar Wilayah Sungai Citarum sejak 2015 sampai 2018 ini, tidak sampai menghamburkan anggaran.
Menurut Dadan, di kawasan yang dibangun kolam retensi Cieunteung itu, sebelumnya menjadi daerah genangan banjir luapan Sungai Citarum dan anak Sungai Cisangkuy disaat memasuki musim hujan. Daerah yang masuk kawasan genangan banjir mencapai seluas 400 hektare. Luasan genangan langganan banjir itu meliputi Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang.
“Melihat luasan kawasan banjir mencapai 400 hektare dan kemudian dibangun kolam retensi Cieunteung seluas 8,7 hektare dengan daya tampung air sekitar 220.000 meter kubik itu, memang secara perencanaan pembangunan kolam retensi tersebut akan berfungsi dengan baik. Tetapi kita memperkirakan adanya pembangunan kolam retensi itu hanya bisa mengurangi tinggi genangan air saja. Pasalnya, volume genangan air lebih besar dari daya tampung kolam retensi tersebut,” ungkap Dadan. ***
Editor: Denkur