Setahun terakhir bumi tengah menghadapi pandemi Covid-19. Tidak hanya memberi kesakitan bagi warganya, pandemi menambah beban bagi bumi, yaitu meningkatnya sampah medis.
DARA| BANDUNG- Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan mencatat, selama tiga bulan saja limbah medis di Kota Bandung sudah mencapai 2 ton. Meski jumlahnya lebih sedikit dari sampah biasa, namun akibat yang ditimbulkan lebih berbahaya.
”Sebab limbah medis bukan saja mengotori lingkungan tapi juga bisa membawa virus atau bakteri,” tutur Wali Kota Bandung Oded M Danial, saat mengisi webinar ‘Peningkatan Literasi Sampah Rumah Tangga, Menuju Zero Waste Society’ bersama Pengabdian Masyarakat ITB, Jumat (23/4/2021).
Di tingkat puskesmas, terang Oded, penanganan limbah medis telah sesuai protokol tetap yang ditentukan Kementerian Kesehatan. Hanya saja, di tingkat rumah tangga, Oded mengakui literasi masyarakat dalam menangani sampah medis perlu ditingkatkan.
Karena itulah Oded mengajak warga Kota Bandung khususnya, untuk sama-sama saling bahu membahu menangani permasalahan sampah. Yaitu dengan mengelola sampah dari rumah dengan menggunakan metode Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan).
Untuk sampah medis seperti masker dan pelindung muka (face shield), metodenya pun tidak asal buang saja, tapi perlu penanganan khusus. Seperti masker yang dianjurkan untuk dirobek atau dirusak terlebih dulu. Kemudian disemprot disinfektan, baru dimasukkan ke dalam kantong plastik khusus.
“Karena berbahaya jadi masker harus dipisahkan di tempat yang lain. Ini semua bisa kita lakukan dengan kolaborasi bersama seluruh stakeholder masyarakat Kota Bandung. Agar sampah bisa dikelola oleh kita dari rumah masing-masing,” ucapnya.
Berkaitan dengan Hari Bumi, Oded mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergerak melakukan aksi nyata untuk melindungi bumi dari kerusakan.
“Dan saya berharap sampah organik di kota Bandung sudah selesai dikelola oleh warga dirumahnya masing-masing,” pungkasnya.
Editor : Maji