DARA | BANDUNG – Beberapa orang warga desa Sukamukti Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung Jawa Barat menuntut salah satu perusahaan yang mengerjakan Proyek Floodway Cisangkuy. Mereka menuntut perusajhaan itu bertanggung jawab atas retak-retaknya rumah warga dan ketidak nyamanan lingkungan akibat alat berat yang ke luar masuk lokasi proyek.
Asep Sandi, Dayat Sudaryat, dan Asep Setiawan penduduk Kampung Cibogo RT/RW 02/09, Desa Suklamukti, mengaku sangat terganggu dengan akses masuk alat berat ke proyek Floodway Cisangkuy. Rumah mereka berdekatan dengan akses masuk kendaraan alat berat ke proyek tersebut.
Asep Sandi yang berprofesi sebagai dalang wayang golek itu, tidak keberatan atas pembangunan pemerintah. Tapi ia minta yang berkenaan dengan hak warga diperhatikan.
Dia telah menyampaikan proposal ke pihak perusahaan tahun 2018 melalui pemerintah desa setempat. “Tapi saat itu kata kepala desa, biar pihak desa yang menghubungi langsung perusahaan. Namun tak ada kabar lagi,” kata Asep saat dihubungi, Senin (16/9/2019).
Karena tidak ada respon lagi, sedangkan proyek masih berjalan, maka ia mengajukan lagi propsal dengan dilengkapi foto rumah yang retak. Kata Asep, saat itu ketua RW yang mempasilitasi, karena ia bekerja di proyek itu.
Dalam proposal itu tidak mencantumkan budget atas saran ketua RW yang menaksir kerusakan tersebut perlu perbaikan Rp2.000.000. “Saya bilang, kalau dua juta mah belikan nasi Padang saja. Secara lisan saya sudah bilang, dari estimaai tukang yang pernah mengerjakan rumah saya, untuk memperbaiki kerusakan tersebut bisa mencapai Rp20 juta. Saya tidak pernah bilang meminta segitu, hanya menyampaikan apa kata tukang,”ujarnya Asep.
Yang membuat Asep merasa tudak nyaman, estimasi itu diaanggap pihak tertentu bahwa dirinya meminta kompensasi Rp 20 juta. “Padahal saya tidak neko-neko, ingin perusahaan memperhatikan, menyurvey, dan membuat komitmen yang asalnya rumah saya tidak rusak, karena proyek ini jadi rusak. Ya saya ingin rumah saya baik lagi. Itu saja,” katanya.
Tak hanya Asep, beberpa orang warga sepanjang jalan yang dilalui proyek tersebut juga protes. Karena protes itu pihak perusahaan merespon dengan melakukan rapat yang dimediasi pemerintah desa, Jum’at (30/8/2019).
Menurut Asep Sandi yang menghadiri rapat, sebemarnya pihak perusahaan sangat terlambat merespon. “Bayangkan, saya perjuangkan masalah ini sejak tahun 2017. Tapi responnya tidak ada. Baru sekarang, juga belum pasti. Dari hasil rapat katanya pihak perusahaan akan menyurvey kondisi rumah. Tapi sudah dua minggu belum ada kabar,” ujarnya.
Ia menambahkan, pihak perusahaan sudah memberi uang kompensasi sebesar Rp125 juta melalui kepala desa. Katanya, setiap RW mendapat kompensasi Rp10 juta.
Namun Asep tidak menjelaskan jumlah RW dan RW yang mendapat kompensasi tersebut. Ia menduga kompensasi itu tidak sampai kepada warga atau hanya sebagian warga yang menerima.
Asep sendiri tidak menerima sepeser pun kompensasi, padahal posisi rumahnya persis berhadapan dengan akses masuk kendaraan berat.
Sementara, Kepala desa Sukamukti Agus Tajudin membenarkan, perusahaan memberikan sejumlah uang. Tapi, menurut dia, uang itu bukan kompensasi untuk warga, melainkan untuk sosial.
” Tidak ada kompensasi untuk warga, sudah lama uang itu dibagikan ke RW. Tapi tidak semua R W, yang terlewati jalur kendaraan pengangkut tanah saja,” kata Agus dua hari setelah rapat dengan pihak perusahaan.
Agus mengaku lupa persisnya berapa uang pemberian dari perusahaan itu. “Tidak sampai Rp125 juta. Tapi seratus jutaan. Pokoknya masing-masing RW mendapat Rp10 juta. Itu untuk sosial, panti dan masjid.Teu ngaleuleungit ke desa juga ada. Tapi kan berapa jumlah staf desa,” ujarnya.
Mengenai tindak lanjut permohonan Asep Sandi dan beberapa warga RW 09, Agus mengaku akan mengomunilasikan lagi dengan perusahaan, karena Agus ini proyek Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). “Tapi mengenai keluhan warga korban jatuh kendaraan speda motor karena jalan rusak dan licin, itu saya tekankan agar perusahaan menjalankan SOP. Seperti membersihkan jalan dari lumpur, membersihkan ban sebelum ke luar proyek, dan menutup bak kendaraan dengan terpal,” katanya.
Agus menjelaskan, lahan yang terkena proyek Floodway Cisangkuy di desanya, yakni sepanjang Sungai Ciranjeng. Ada 14 RW dari 17 RW dan 38 RT dari 59 RT yang terlewati proyek tersebut.
HIngga berita ini diterbitkan pihak perusahaan belum dapat dikonfirmasi.***
Wartawan: Sopandi l Editor : Ayi Kusmawan