Pembangunan sekolah tersebut hasil kolaborasi ketiga lembaga.
DARA | Yayasan Bakti Barito, Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa, bersama Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, meresmikan hasil renovasi gedung sekolah SDN 3 Barusari, dan SDN 4 Barusari, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, berbasis ramah lingkungan yang aman apabila terjadi guncangan gempa bumi.
Dua sekolah itu sebelumnya rusak berat karena terkena dampak gempa bumi, sehingga mendorong Yayasan Bakti Barito, Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa untuk turut serta membantu kembali membangun sekolah tesebut agar siswa maupun guru dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan aman, tenang, dan nyaman.
Pembangunan sekolah tersebut hasil kolaborasi ketiga lembaga yang dibangun dengan bahan bangunan yang tahan gempa menggunakan batu bata untuk dinding sekolah dari plastik daur ulang sebanyak 9,4 ton yang mengurangi sekitar 22 ton emisi karbon.
Upaya kolaboratif yang dipimpin oleh Yayasan Bakti Barito, Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa ini bertujuan untuk memperbaiki infrastruktur sekolah untuk kegiatan belajar mengajar yang aman bagi 220 siswa.
Direktur Eksekutif Yayasan Bakti Barito Fifi Pangestu yang hadir dalam peresmian renovasi bangunan sekolah yang terdampak gempa itu mengatakan pembangunan tersebut dilakukan secara bersama-sama yang memiliki prioritas sama untuk segera memulihkan kondisi bangunan dampak bencana gempa bumi.
“Kami memiliki prioritas untuk segera memulihkan lingkungan belajar yang aman bagi para siswa,” kata Fifi Pangestu saat peresmian dan serah terima pembangunan kembali SDN 3 dan 4 Barusari di Desa Barusari, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Kamis (6/2/2025).
Fif menyampaikan, saat ini merupakan hari yang istimewa melihat anak-anak bisa kembali ke sekolah dengan semangat belajar sehingga bisa memberi harapan menjadi lebih baik setelah dilanda gempa bumi pada September 2024 lalu.
“Beberapa bulan lalu tempat ini sempat dilanda gempa, tetapi sekarang kita berdiri di depan sekolah yang aman, kuat, dan berkelanjutan, hasil dari kepedulian dan kolaborasi banyak pihak,” ucapnya.
Menurut Fifi, pembangunan dua sekolah itu hasil kolaborasi, kemitraan antara Yayasan Bakti Barito, Kita Bisa, dan Happy Hearts Indonesia, bersama relawan dan donatur dari seluruh Indonesia.
Kebersamaan terhadap dunia pendidikan itu, ungkapnya, sebagai bukti bahwa jika dilakukan secara bersama-sama dapat menciptakna perubahan dan manfaat yang baik bagi masyarakat, salah satunya membangun sekolah yang terdampak gempa.
“Membuktikan bahwa ketika kita bersatu kita bisa mencitapkan perubahan nyata, bersama kita berhasil menggalang Rp1,7 miliar untuk membangun dua sekolah dengan hampir 84 ribu orang berdonasi dari seluruh Indonesia melalui platform Kitabisa,” katanya.
Fifi menuturkan, pembangunan sekolah tersebut membutuhkan biaya yang lebih besar daripada pembangunan secara konvensional karena konstruksi yang digunakan bukan hanya lebih tahan gempa tetapi juga berbasis lingkungan yang menggunakan 9,4 ton plastik daur ulang yang dapat mengurangi sekitar 22 ton emisi karbon.
“Ini mungkin langkah kecil tetapi kami bangga bisa turut serta membantu Kabupaten Garut dalam mengatasi masalah sampahnya, karena perubahan besar selalu dimulai dari yang kecil, lebih dari itu perubahan sesungguhnya ada di tangan para siswa dan guru, SDN 3 dan 4 Barusari,” ujarnya.
Fifi menyebutkan, pembangunan sekolah ramah lingkungan itu terinspirasi dari pendiri Yayasan Bakti Barito Prajogo Pangestu untuk membangun masyarakat yang tangguh melalui pendidikan.
“Terinspirasi oleh visi pendiri kami, Prajogo Pangestu, kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang tangguh. Membangun kembali sekolah-sekolah ini dengan material yang tahan gempa akan memastikan proses pemulihan dapat terjadi dengan cepat dan membangun stabilitas belajar mengajar jangka panjang bagi anak-anak di Garut,” pungkasnya.
Pembangunan kembali ini diproyeksikan selesai di akhir tahun 2024 yang diharapkan menyediakan ruang belajar yang aman bagi para siswa, sehingga dapat membangun ketahanan masyarakat dalam jangka panjang.
Direktur Kitabisa.org, Edo Irfandi mengatakan, pembangunan sekolah yang terdampak bencana gempa bumi itu untuk menunjukkan kekuatan kebersamaan yang melibatkan masyarakat untuk membangun sekolah.
“Kampanye ini menunjukkan kekuatan dari upaya yang digerakkan oleh masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat Indonesia di seluruh negeri dan memanfaatkan platform kami, kami bertujuan untuk membangun kembali sekolah-sekolah ini yang berdasarkan pada ketahanan dan keberlanjutan,” kata Edo Irfandi.
CEO Happy Hearts Indonesia Sylvia Beiwinkler menambahkan, pembangunan yang ramah lingkungan dengan bahan dari baru bata plastik daur ulang itu memiliki kekuatan yang cukup panjang.
“Fokus kami adalah memberikan dampak jangka panjang melalui inovasi dan keberlanjutan. Dengan menggunakan batu bata plastik daur ulang, kami membangun kembali dengan lebih baik dan menetapkan tolok ukur baru untuk upaya pemulihan bencana di masa depan. Sekolah ini berkontribusi pada 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), memastikan masa depan yang lebih cerah dan tangguh bagi masyarakat,” kata Sylvia Beiwinkler.
Penjabat Bupati Garut, Barnas Adjidin yang meresmikan langsung pembangunan sekolah menyampaikan semua pihak terutama perusahaan dan yayasan yang bergerak di bidang sosial menunjukkan kepeduliaan untuk membangun sekolah agar siswa dapat kembali belajar dengan aman dan nyaman.
“Sehingga dengan selesainya maka proses belajar mengajar bisa dilaksanakan, anak-anak bahagia, lalu kemudian bangunan ini bukan bangunan biasa, bangunan tahan gempa terbuat dari daur ulang sampah,” katanya.
Ia menyampaikan pembangunan sekolah yang dilakukan bersama Yayasan Bakti Barito dan pihak lainnya itu memiliki keunggulan dengan memberikan kenyamanan, rasa aman, dan tenang saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
“Kami mendoakan mereka yang membantu menjadi perusahaan-perusahaan yang terus bisa membantu masyarakat yang membutuhkan,” kata Barnas.
Sementara itu, program renovasi kedua sekolah tersebut yakni Konstruksi Berkelanjutan: Happy Hearts Indonesia membangun dan merenovasi kedua gedung sekolah menggunakan batu bata plastik daur ulang yang inovatif.
Bahan-bahan ramah lingkungan ini tidak hanya sesuai dengan tujuan keberlanjutan, tetapi juga menyediakan struktur yang tahan lama dan lebih siap menghadapi bencana di masa depan.
Keterlibatan Komunitas dan Penggalangan Dana: Kampanye publik dan penggalangan dana secara digital telah dilakukan dengan menggunakan platform Kitabisa. Kampanye ini telah diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat di seluruh Indonesia.
Total pendanaan yang terkumpul dari kampanye publik ini kemudian digandakan oleh Yayasan Bakti Barito untuk mencapai dampak maksimal.
Pelatihan Guru untuk Pendidikan Iklim: Melalui program Green Guardians, Yayasan Bakti Barito akan mengadakan sesi pelatihan bagi para guru setempat di gedung sekolah yang baru nantinya.
Sesi pelatihan ini bertujuan untuk mengintegrasikan pendidikan iklim ke dalam kurikulum yang ada dan membekali siswa dengan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi penjaga lingkungan yang proaktif ke depannya. Yayasan Bakti Barito juga bekerja sama dengan anak usaha Barito Renewables, yaitu Star Energy Geothermal untuk menerapkan program Green Guardians di kedua sekolah tersebut.***
Editor: denkur