Sungguh memprihatinkan kondisi yang dialami Mizyan Haziq Abdillah, bayi berusia enam bulan anak Nurul Qomar (31) dan Finki Kurnia (22) warga Nunukan Kalimantan Utara.
DARA | NUNUKAN – Seluruh kulit tubuh Mizyan terlihat mengering, pecah-pecah, kemudian mengelupas. Mizyan sering menangis saat kulitnya mengelupas.
Dikutip dari kompas.com, Nurul Qomar mengatakan, biasanya bayinya akan gelisah dan menangis terus jika kulit-kulit kering tersebut mulai mengelupas. Istrinya, Finki, hanya bisa menggendong anaknya sambil memberi ASI atau sekadar mengayun sambil memohon kepada Tuhan agar penyakit anaknya segera sembuh.
“Kami hanya gendong kalau sudah begitu atau kami ayun karena kami tahu kalau dia rewel, pasti dia merasa gatal dan pedih,” ujarnya, Rabu (6/11/2019).
Qomar juga mengatakan, anak semata wayangnya itu lahir secara normal dan mengalami tumbuh kembang seperti pada bayi pada umumnya. Namun, saat berusia tiga bulan, pada ketiak bayinya terdapat benjolan sebesar kacang yang berisi cairan yang perlahan berubah menjadi nanah.
“Munculnya di ketiak. Benjolan itu mengandung carian bening, kemudian bernanah,” imbuhnya.
Tempat tinggal Nurul Qomar berada di wilayah perbatasan dan jauh dari rumah sakit umum di Nunukan, sehingga Qomar hanya membawa anaknya berobat ke puskesmas pembantu di Tulin Onsoi. Namun, Qomar juga sempat membawa bayinya berobat ke Kabupaten Malinau yang lebih dekat dari rumahnya.
Benjolan berisi nanah tersebut sempat sembuh, tetapi seminggu kemudian pada lipatan kulit Mizyan tumbuh bintik-bintik merah dan ruam seperti bayi yang terkena kerumut (bahasa daerah untuk ruam merah pada kulit karena biang keringat).
Ruam merah tersebut lambat laun menyebar hampir ke seluruh tubuh Mizyan. Kali ini Qomar membawanya ke dokter spesialis kulit di Kota Tarakan. Seminggu kemudian bintik-bintik merah dan ruam merah sembuh dengan diberikan obat salep.
Kondisi Mizyan sempat normal selama dua minggu, sebelum kemudian kulitnya mengalami kering dan kasar. Lama-kelamaan kulit bayi tersebut mengeras seperti plastik jika dipegang. “Kalau dipegang agak keras seperti lapisan plastik itu, tidak kenyal seperti kulit bayi biasanya,” ujar Qomar.
Kulit yang mulai mengeras kemudian mulai retak dan pecah seperti lapisan tanah yang terlalu kering. Lapisan kulit yang retak tersebut sebagian mulai mengelupas. Pada bagian tertentu, seperti pada kulit bagian wajah, mengelupasnya kulit bayi Mizyan disertai dengan adanya darah.
Bayi Mizyan juga berusaha menggaruk sejumlah bagian tubuh, seperti telinga dan daerah lipatan paha, jika kulit pada bagian tersebut akan mengelupas.
Nurul Qomar hanya bekerja sebagai buruh serabutan kebun sawit di kampung transmigran, sehingga faktor uang jadi kendala upaya penyembuhan Mizyan. Upaya terakhir adalah dengan penyembuhan secara tradisional. Beruntung pihak pemerintah desa membuatkan BPJS Kesehatan untuk bayi Mizyan sehingga bisa dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Nunukan.
Sejak ditangani dokter di RSUD Kabupaten Nunukan, kondisi Mizyan sedikit ada perubahan dengan bisa tidur lelap lebih banyak dari biasanya. “Sudah lumayan bisa beristirahat dibandingkan biasanya,” kata Qomar.
Qomar belum tahu pasti penyakit yang diderita buah hatinya. Masih menunggu diagnosis dari dokter terkait kulit anaknya yang mengeras seperti plastik dan mengelupas tersebut.***
Editor: denkur | Sumber: kompas.com