Logo
Jabar

Pendidikan Konsep Gapura Panca Waluya Bentuk Karakter Siswa di Jabar

KDM Menekankan Pentingnya Memiliki Visi yang Jelas dan Tidak Mudah Menyerah

Pendidikan Konsep Gapura Panca Waluya Bentuk Karakter Siswa  di Jabar
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi menjadi inspektur upacara pada Peringatan HUT RI ke-80 Tahun 2025 Tingkat Provinsi Jawa Barat, di Lapangan Gasibu, Minggu (17/8/2025). (Foto: Dokpim Jabar)

Desain standar kompetensi yang diterapkan yakni cageur, bageur, bener, pinter, singer atau disebut generasi Panca Waluya.


DARA| Pemda Provinsi Daerah Jawa Barat berkomitmen untuk mencetak peserta didik yang lebih baik melalui Gapura Panca Waluya. Konsep ini bertujuan mencetak murid sekolah yang cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), pinter (pintar), dan singer (gercep).

Pendidikan karakter Panca Waluya Jabar Istimewa yang diinisiasi Gubernur Jabar Dedi Mulyadi untuk menumbuhkan semangat ketarunaan dan menanamkan nilai-nilai ideal bela negara dalam membentuk kepribadian positif melalui penguatan integritas, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri serta lingkungan/masyarakat.

Dedi Mulyadi  mengeluarkan Surat Edaran Nomor 43/PK.03.04/KESRA ditujukan kepada bupati/wali kota yang berwenang pada Paud - SD - SMP, Kepala Dinas Pendidikan Jabar yang mengurus SMA/SMK sederajat, serta Kantor Kementerian Agama yang menaungi pesantren.

KDM, panggilan akrab Dedi Mulyadi menegaskan bagi peserta didik yang memiliki perilaku khusus, yang sering terlibat tawuran, merokok, mabuk, balapan motor, menggunakan knalpot brong, dan perilaku tidak terpuji lainnya akan dilakukan pembinaan khusus, setelah mendapatkan persetujuan dari orang tua, melalui pola kerja sama antara Pemdaprov, pemda kabupaten/kota, serta TNI/Polri.

KDM menekankan peningkatan pendidikan moralitas dan spiritualitas melalui pendekatan pendidikan agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing.

Pada penutupan program pendidikan karakter Gapura Panca Waluya yang diadakan di Markas Marinir Cilandak, KDM memberikan pesan mendalam kepada para peserta, serta menekankan pentingnya memiliki visi yang kuat dan tidak mudah menyerah menghadapi tantangan.

Ia menceritakan kegagalan yang pernah dialaminya, termasuk tidak lolos di akademi militer. Namun, ia menjadikan kegagalan tersebut sebagai motivasi yang mendorongnya hingga saat ini bisa menjadi seorang gubernur. 

Pesan ini bertujuan untuk membekali para peserta dengan mental yang kuat dan pantang menyerah agar mereka bisa menghadapi berbagai rintangan dalam hidup dan mencapai cita-cita mereka.

Sekda Jabar Herman Suryatman saat menutup kegiatan pendidikan karakter Panca Waluya Angkatan II di Depo Pendidikan (Dodik) Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (29/6/2025), menuturkan bahwa kegiatan tersebut tidak bersifat sporadis, melainkan terstruktur, sistemik dan masif. 

Desain standar kompetensi yang diterapkan yakni cageur, bageur, bener, pinter, singer atau disebut generasi Panca Waluya.

"Kegiatan ini kami desain dengan baik jadi bukan kegiatan sporadis tapi terstruktur, sistemik, dan masif dengan desain standar kompetensi lulusan, yaitu anak yang cageur, bageur, bener, pinter, singer, yang disebut generasi Panca Waluya," tuturnya.

Herman optimistis, pendidikan karakter yang diberikan selama 21 hari ini akan berdampak pada anak yang berpotensi menjadi pemimpin masa depan, baik di pemerintahan, profesi, dunia usaha, hingga pertanian.

"Pendidikan ini tak lama hanya 21 hari ini hanyalah stimulus kecil dan sederhana, tapi kami yakin bisa berdampak pada anak menjadi pemimpin masa depan baik di pemerintahan, profesi, dunia usaha, pertanian dan lain sebagainya" ujarnya.


Mengapresiasi

Sementara itu, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia mengapresiasi program Bela Negara bagi siswa sekolah yang digagas Pemdaprov Jabar.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, menilai program Bela Negara langkah sangat gemilang karena mampu menyalurkan potensi setiap anak yang sebelumnya sulit berkembang karena kondisi lingkungan dan keluarga.

“Sampai saat ini saya menyimpulkan bahwa ini adalah satu langkah yang sangat gemilang," ujar Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto.  

Menurutnya, program Bela Negara menyalurkan potensi setiap anak yang pada dasarnya kreatif, energik penuh dengan dinamika, tapi karena lingkungan tidak kondusif akhirnya menyimpang.

Ia mengingatkan, pendidikan formal dan informal dalam keluarga perlu dilengkapi dengan pendidikan non formal. Bela Negara di Dodik Rindam III/Siliwangi Cikole Lembang, jadi salah satu alternatif.


Editor: Maji