Logo
Catatan

SIDANG UMUM PBB AS Terjepit Realitas Gaza

Oleh:Sabri Piliag, Pengamat Timur Tengah

SIDANG UMUM PBB AS Terjepit Realitas Gaza
Sabri Piliang, Pengamat Timur Tengah (foto/ dokdara.co.id)

    REALITAS! Acuh! Tersirat jadi "player" di Gaza. Membuat celah! AS bukan lagi menjadi "arsitek" tatanan internasional.
   Era Presiden Donald Trump, makin mempertegas itu! AS kini, tidak "dihormati" sebagai "kunci" dalam menyelesaikan setiap masalah dunia. Yang pernah diperankannya.
    Gaza, mengeliminasi AS dari panggung "leader", ke panggung "berwarna" yang sangat "tebal", dan kentara. Israel, membuat AS bersikap "standard ganda".
    Ada kekhawatiran negara sekutu AS! Seperti Inggris, Perancis, dan Spanyol, "kekosongan" arsitek "leader"! Akan berpindah, dari "teman" ke "musuh". 
    Penengah terhormat yang dimiliki AS dulu, bisa jadi bakal diisi oleh negara Asia Timur. Seperti China. Dalam politik, selalu bakal muncul "wasit" yang adil.
    Terlepas dari kekerasan Hamas (peristiwa 7 Oktober 2023) pada rakyat Israel. Sepatutnya tidak "melebihi batas"! Hukum kolektif, telah membelalakkan dunia. AS tidak serius mencegah Israel!
    AS yang merupakan arsitek terdepan pasca-PD II. Yang menjadi tatanan (hukum internasional kini). Justru telah melemahkan tatanan internasional dan "aturan main"!
    Menolak visa Presiden Palestina Mahmoud Abbas! Menghadiri sidang "General Assembly" PBB (September), di New York. Makin menyelaraskan, Pemerintahan Trump, dengan pemerintah "Sayap Kanan" Israel.
    Menabrak aspek tatanan internasional, begitu mencolok. Berdasarkan perjanjian sebagai "tuan rumah" PBB di New York. AS tidak patut menolak visa anggota/pengamat yang ingin menghadiri SU PBB 9-23 September.
     PM Spanyol, Fedro Sanchez, seperti dikutip "The Guardian" (3 September 2025) mengingatkan! Meninggalkan tatanan konvensional (kesepakatan), tidak berdampak positif bagi AS, Uni Eropa, dan Barat.
     Apa yang terjadi di Gaza saat ini. Merupakan salah satu episode "tergelap" dalam hubungan internasional di abad ke-21. "Sejauh ini, Uni Eropa telah menangguhkan kemitraan strategis Uni Eropa-Israel,"kata Sanchez!
    Sesungguhnya, Uni Eropa sangat berharap AS (di bawah Trump). Lebih bersikap pragmatis dalam menyelesaikan konflik Gaza yang sangat kasat mata, "Genosida"!
    Visi kemanusiaan dan moral. Seharusnya bisa mengubah  "pertemanan" AS-Israel sedikit ter-"deviasi". Setelah melihat korbannya mayoritas anak-wanita.
    "Menonton" Gaza, negara-negara "kuat" yang "berseberangan" dengan "Trans-Atlantik" (Barat/NATO), seperti China, Rusia,  Korea Utara. Tidak ingin lagi berbicara "kemanusiaan" palsu dengan AS.
    "Ambivalens" AS terhadap Gaza, menyangkut HAM, atau 'humanitarian'.  Ditertawai Rusia, juga Korea Utara (kirim pasukan bantu Rusia) versus Ukraina. AS  membiarkan hukuman kolektif Israel di Gaza.
 
INGGRIS AMBIL ALIH

    Sikap Inggris yang mengakui Palestina, minggu depan (SU PBB). Bisa jadi akan terwujud. Begitu juga Perancis, Australia, dan Kanada.
    Kekhawatiran ada negara Asia Timur (mungkin China) yang akan berperan sebagai wasit "adil" di masa depan.  Menjadikan Inggris dan Perancis, "bergegas" ingin mengisi kekosongan AS.
     Sidang Umum PBB yang dimulai 9 September di New York, menjadi taruhan bagi Inggris. Pun, Perancis!
   "Bertanggung  jawab" atas lahirnya Israel, lewat Deklarasi Balfour (1917). Inggris juga "bertanggung jawab"  untuk mengakhiri pembantaian warga sipil Gaza, dengan "imbalan" politis!
     Sebenarnya Inggris masih memberi kesempatan kepada Israel, untuk "membatalkan" pengakuannya. Asal, Israel mau melakukan gencatan senjata, dan tidak meng-aneksasi West Bank.
    PM Inggris Keir Starmer (Agustus lalu) serius mengatakan! Inggris akan mengakui Palestina sebelum berlangsungnya SU PBB, yang dimulai 9 September (The Guardian). 
   Melihat persiapan Israel saat ini. Sebanyak 60.000 pasukan cadangan, dengan biaya 7,4 milyar dolar AS (The Times Of Israel, 3 September 2025). Israel sepertinya akan "menabrak" ancaman Inggris.
    "Mimpi buruk" bagi Israel! Sekalipun pengakuan Inggris tinggal terhitung (maksimal) lima hari lagi (sebelum 9 September)! Tidak akan otomatis memerdekakan Palestina.
    Sebagai sekutu! Pendukung Israel (Inggris), sejak kemerdekaannya 1948! Pemilik hak veto di "Security Council" PBB. Secara psikologis akan memukul Israel,  "menyudutkan AS.
      Membaca pikiran "tangan kanan" PM Netanyahu, Ron Dermer (Times Of Israel, 3 September 2025). Ada kemungkinan di detik akhir, Israel akan setuju gencatan senjata 60 hari dengan Hamas. 
    "Jangan terlalu memberi bobot pada penolakan. Israel belum mengesampingkan kesepakatan pembebasan sebagian dengan Hamas,"kata Dermer.
    Satu perspektif! Israel juga sangat  waswas, kalau-kalau Inggris "nekad" mengakui negara Palestina. Bimbang! 'Paranoia', kejadian  7 Oktober akan terulang lagi. Netanyahu di persimpangan jalan.
    Kita lihat! Setidaknya hingga 8 September, sehari sebelum pembukaan SU PBB. Apakah Israel akan menerima proposal: AS, Qatar, Mesir? Atau malah menabraknya?

PEMBANTAIAN SEMPURNA

    Israel tengah bersiap! Serangan darat, laut dan udara. Akan menjadikan Gaza sebagai "killing field" 'ala' Khmer Merah (1978), dengan pelakunya Israel!
    Enggannya warga Gaza menjauhi zona pertempuran.  Baru sekitar 10.000 orang yang pergi. Merupakan cara, mencegah Israel mengulangi peristiwa "nakhba"  tujuh dasawarsa lalu. Palestina paham.
   "Deadlock"-nya upaya menghindari "bencana"  mematikan Gaza. Karena Israel memberi pilihan "stagnasi"! Lucuti senjata Hamas, sebagai "harga" temporer, bukan harga kemerdekaan !
    Bagi Hamas, ini mengerikan. Demiliterisasi, tanpa gencatan senjata permanen. Sama saja "membunuh" rakyat Palestina, di saat sudah terbunuh. 
   Israel kini, merasa unggul dengan momentum militeristik. Sementara Hamas (baca: rakyat Palestina), unggul dengan momentum politis.
    Pengakuan di mana-mana! Telah memperkuat spirit Hamas untuk "wait & see", meski terdesak!
    Sidang Umum PBB, akan  mengubah "wajah catur" Palestina! Mengubah "wajah" Israel, yang "kesepian" dan hanya menyisakan AS sendirian sebagai 'patron' "godfather'.
     Konsep 'diferensial-integral' 'trans-atlantic', suka atau tidak, telah menjadi "puzzle" terhadap Israel. Perubahan, dan akumulasi kebijakan politik Inggris-Perancis! Itulah diferensialnya.
    Pengakuan Inggris dan Perancis (pada Palestina), punya dimensi luas. Dalam "melindungi" wibawa Barat (trans-atlantic/NATO). 
   Sekaligus, mencegah China men- "take over", peran AS yang  "terkoyak" oleh peristiwa Gaza. 
     Distorsi Gaza, telah mengubah wajah AS. Dari "polisi", menjadi "pemain". Atau, dari "regulator" ke "player". Menang pun, Israel terjepit!