Logo
Politik

Atalia Praratya Sebut 35 Persen Warga Indonesia Tak Hafal Lengkap Pancasila

Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan

Atalia Praratya Sebut 35 Persen Warga Indonesia Tak Hafal Lengkap Pancasila
Anggota MPR RI Fraksi Partai Golkar periode 2024–2029, Atalia Praratya memberikan sambutan dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar di Pondok Pesantren Sukamiskin, Kota Bandung, Minggu (14/12/2025) kemarin. (Foto: deram/dara)

“Kita tidak ingin Indonesia mengalami perpecahan seperti yang pernah terjadi di Yugoslavia atau Uni Soviet,” tegasnya.


DARA| Anggota MPR RI Fraksi Partai Golkar periode 2024–2029, Atalia Praratya mengingatkan masih terdapat tantangan serius dalam pemahaman ideologi bangsa di tengah masyarakat. 

Merujuk pada hasil survei tahun 2022, sekitar 35 persen masyarakat Indonesia belum mampu menyebutkan seluruh sila Pancasila secara lengkap dan benar.  Kondisi tersebut diperkuat oleh data GoodStats tahun 2025 yang menunjukkan bahwa 55,9 persen masyarakat mengaku sudah lama tidak membaca kembali teks Pancasila.

Demikian disampaikan Atalia saat menghadiri sekaligus memberikan sambutan dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar di Pondok Pesantren Sukamiskin, Kota Bandung, Minggu (14/12/2025) kemarin. 

Kegiatan ini diikuti ratusan santri pesantren serta para pelajar madrasah penerima Beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) dari berbagai wilayah di Kota Bandung.

“Ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa Pancasila tidak boleh hanya menjadi simbol. Padahal, para pendiri bangsa telah merumuskannya dengan sangat cermat, menempatkan Pancasila di posisi tengah di antara ideologi-ideologi besar dunia, menggabungkan keadilan sosial dan kebebasan individu, mengakui nilai ketuhanan tanpa menjadikan negara sebagai negara agama,” ujar Atalia. 

Sosialisasi Empat Pilar merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, yang menugaskan MPR RI untuk memasyarakatkan dan membumikan nilai-nilai kebangsaan sebagai fondasi kehidupan bernegara. Melalui kegiatan ini, MPR RI berkomitmen memperkuat pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai dasar kebangsaan yang menopang kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam sambutannya, Atalia menegaskan pemahaman Empat Pilar Kebangsaan tidak boleh berhenti pada tataran normatif atau sekadar hafalan, melainkan harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.  Ia juga menekankan pentingnya menjaga persatuan bangsa di tengah keberagaman Indonesia yang sangat luas, dengan lebih dari 1.340 suku, sekitar 720 bahasa daerah, enam agama, lebih dari 17.500 pulau, dan jumlah penduduk mencapai 282 juta jiwa. 

Menurutnya, kekayaan tersebut hanya dapat dirawat apabila seluruh elemen bangsa berpegang teguh pada nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.

“Kita tidak ingin Indonesia mengalami perpecahan seperti yang pernah terjadi di Yugoslavia atau Uni Soviet. Empat Pilar inilah yang menjaga Indonesia tetap utuh hingga hari ini,” tegasnya.

Materi sosialisasi disampaikan oleh Prof. Dr. Deni Kamaludin, CIFA, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung sekaligus Asesor BAN-PT. Dalam paparannya, Prof. Deni menjelaskan bahwa internalisasi nilai-nilai Pancasila dan konstitusi merupakan benteng penting dalam menghadapi radikalisme, intoleransi, serta potensi konflik sosial.  Ia menilai generasi muda memiliki peran strategis dalam menjaga kehidupan berbangsa yang toleran, inklusif, dan berintegritas.

Kegiatan ini diikuti para santri Pondok Pesantren Sukamiskin serta pelajar madrasah penerima Beasiswa PIP yang hadir dari berbagai sekolah di Kota Bandung. Sosialisasi Empat Pilar ini juga dirangkaikan dengan agenda penyerahan beasiswa PIP, sebagai bentuk nyata kehadiran negara dalam mendukung akses pendidikan yang adil dan berkelanjutan.

Acara tersebut turut dihadiri Pelaksana Tugas Kepala Kementerian Agama Kota Bandung, Irwan Nurjaman, pimpinan Pondok Pesantren Sukamiskin, serta sejumlah kiai dan tokoh pendidikan madrasah dari berbagai pesantren di Kota Bandung.

Melalui kegiatan ini, Atalia berharap para pelajar tidak hanya memahami Empat Pilar sebagai konsep kebangsaan, tetapi juga menjadikannya sebagai nilai hidup yang membentuk karakter dan sikap mereka di tengah masyarakat.

“Generasi muda harus tumbuh sebagai generasi yang cinta tanah air, toleran, dan berkarakter Pancasila. Empat Pilar bukan sekadar materi sosialisasi, tetapi bekal berharga untuk menjaga masa depan Indonesia,” pungkasnya.


Editor: Maji