Geger di Cirebon! Belasan Siswa SDN 2 Setu Wetan Keracunan Menu MBG
Beberapa Jam Usai Menyantap Menu Soto Ayam
Beberapa siswa sempat mengeluh aroma daging ayam tercium tidak sedap.
DARA| Suasana riang belajar di SDN 2 Setu Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, mendadak berubah panik, Selasa (4/11/2025). Belasan siswa tiba-tiba jatuh sakit usai menyantap menu soto ayam dari program Makan Bergizi dan Gratis (MBG).
Awalnya hanya enam siswa yang dilarikan ke Puskesmas Plered, namun jumlah korban terus bertambah hingga mencapai 20 anak. Gejala yang muncul serupa pusing, mual, hingga muntah, setelah makan siang bersama di sekolah.
Menanggapi kejadian ini, Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon, Hendra Nirmala, menyampaikan keprihatinan mendalam sekaligus menegaskan akan ada langkah cepat dan tegas terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam program MBG.
“Kami akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyedia makanan MBG. Kejadian ini tidak boleh terulang. Anak-anak harus mendapat jaminan makanan yang aman dan bergizi,” tegas Hendra.
Dari 20 siswa yang terdampak, 13 telah dipulangkan usai mendapat perawatan medis, sementara tujuh lainnya masih dalam observasi intensif di Puskesmas Plered. Beruntung, tidak ada korban dengan kondisi berat.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Eni Suhaeni, gejala dialami para siswa muncul usai menyantap menu soto ayam berisi tauge, kol, dan suwiran ayam.
“Tim kami langsung melakukan sidak ke dapur Satuan Pengelola Program Gizi (SPPG). Secara kasatmata dapur bersih dan memenuhi standar higiene, bahkan tim mencicipi langsung makanan tersebut,” ungkap Eni.
Namun demikian, beberapa siswa sempat mengeluh aroma daging ayam tercium tidak sedap, dan temuan ini kini tengah ditelusuri lebih dalam. Sampel makanan telah dikirim ke laboratorium untuk memastikan penyebab pasti keracunan.
Sekda Hendra menegaskan, kasus ini menjadi peringatan serius bagi semua pengelola dapur program MBG di Kabupaten Cirebon. Pemerintah daerah akan memperketat sistem pengawasan dari hulu ke hilir — mulai dari proses pengolahan, penyimpanan, hingga penyajian makanan.
“Setiap dapur SPPG wajib memenuhi standar higienitas, gizi, dan keamanan pangan. Program MBG harus menjadi solusi kesehatan, bukan sumber masalah,” tutup Hendra tegas.
Editor: Maji
